Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori

Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori - Hallo sahabat KUMPULAN TUGAS KULIAH, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel tugas, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori
link : Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori

Baca juga


Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori

Tugas Teori

(dikerjakan kelompok, dikumpulkan saat ujian Teori)

 

1.       Kepanjangan dari SDLC adalah System Development Life Cycle.

2.       Tiga tahap penting dalam perancangan basis data adalah

1.       Perancangan secara komseptual

2.       Perancangan secara logis

3.       Perancangan secara fisik

3.       Metode Fact Finding adalah metode yang dilakukan pada tahap pengumpulan dan analisis kebutuhan database.

4.       Merancang ERD merupakan kegiatan yang dilakukan pada tahap mendesain database dengan tujuan menggambarkan data yang berelasi pada sebuah database.

5.       Kelemahan yang terdapat pada tahap Un-Normalized form yaitu terjadinya Redundansi.

6.       Ciri sehingga sebuah table disebut memenuhi bentuk 1NF adalah menghilangkan dependensi parsial.

7.       Kelemahan bentuk 1NF & definisi serta contoh dari masing-masing kelemahan

Relasi yang berada pada bentuk 1NF ada kemungkinan masih mengandung anomaly.

1.       Anomali penyisipan. Bila terdapat klien baru dank lien tersebut belum ditentukan akan ditangani oleh seseorang pegawai, penyisipan tidak dapat dilakukan karena kunci primer tidak boleh berupa Null (tidak diisi).

2.       Anomali pengubahan. Bila nama pegawai diubah (karena ada kesalahan), ada kemungkinan lebih dari satu baris yang harus dimodifikasi. Sebagai contoh, Amir Udinsah hendak diganti menjadi Amir Udinsyah (ada tambahan y), maka tiga baris harus ikut diubah. Jika hanya satu baris yang diubah, akan muncul ketidakkonsistennan.

3.       Anomali penghapusan. Jika kita menghapus klien maka nama klien yang sebaris juga akan ikut terhapus.

Itulah sebabnya relasi yang memenuhi bentuk 1NF masih harus diproses untuk menjadi bentuk 2NF.

8.       Yang kita lakukan pada tahap 1NF adalah

9.       Ciri bentuk 2NF adalah bahwa relasi harus sudah berada dalam bentuk normal pertama dan tidak mengandung dependensi persial.

10.   Kegiatan yang dilakukan di 2NF adalah

1.       Mengubah setiap dependensi persial menjadi sebuah relasi, dengan kunci primer adalah determinannya.

2.       Mengubah dependensi yang terkait langsung dengan kunci primer sebagai relasi tersendiri dan kunci primernya adalah kunci primer dalam relasi semula.

11.   Definisi dan contoh dari Functional Dependency

Functional Dependency (atau kadang sering disebut dependensi saja) adalah kekangan antara dua buah atribut atau dua buah himpunan atribut. Untuk memahaminya, pertama-tama kita andaikan terdapat relasi R dengan dua diantara atributnya berupa X dan Y, sehingga bisa dinotasika sebagai berikut:

 

                R (X, Y, …)

 

Pada keadaan seperti itu, atribut Y dikatakan mempunyai dependensi fungsional terhadap X apabila setiap nilai dalam X berhubungan dengan satu nilai yang sama dalam Y. Dependensi Y terhadap X biasa dinotasikan dengan

 

                X → Y

 

Notasi itu sendiri dapat dibaca dengan salah satu bentuk berikut:

1.       X panah Y

2.       X menentukan Y

3.       Y tergantung secara fungsional pada X

 

Catatan:

Atribut yang berada disebelah kiri tanda panah biasa disebut penentu atau determinan. Adapun yang berada disebelah kanan tanda panah biasa dinamakan dependen atau “yang tergantung”.

 

                Sebagai contoh, pada relasi BARANG_PEMASOK (Gambar 5.2) di bawah ini, berlaku penotasian sebagai berikut:

 

BARANG_PEMASOK

 

Kode_Barang

Nama_Barang

Harga_Jual

Kode_Pemasok

Nama_Pemasok

Kota

T-001

TV ABC 14”

600.000

P22

PT. Citra Jaya

Bogor

T-002

TV ABC 21”

950.000

P22

PT. Citra Jaya

Bogor

T-003

TV XYZ 14”

450.000

P11

PT. Amerta

Bandung

T-004

TV Rhino 29”

1.750.000

P33

PT. Kartika

Yogya

T-005

TV Kirana 14”

475.000

P44

PT. Nindya

Tangerang

 

Gambar 5.2 Relasi BARANG_PEMASOK

 

BARANG

 

Kode_Barang

Nama_Barang

Harga_Jual

Kode_Pemasok

T-001

TV ABC 14”

600.000

P22

T-002

TV ABC 21”

950.000

P22

T-003

TV XYZ 14”

450.000

P11

T-004

TV Rhino 29”

1.750.000

P33

T-005

TV Kirana 14”

475.000

P44

 

PEMASOK

 

Kode_Pemasok

Nama_Pemasok

Kota

P22

PT. Citra Jaya

Bogor

P22

PT. Citra Jaya

Bogor

P11

PT. Amerta

Bandung

P33

PT. Kartika

Yogya

P44

PT. Nindya

Tangerang

       

Gambar 5.3 Relasi BARANG dan relasi PEMASOK

 

 

 

 

Kode_Barang                                Nama_Barang

Kode_Barang                                Harga_JUal

Kode_Barang                                Kode_Pemasok

Kode_Barang                                Nama_Pemasok

Nama_Barang                              Kode_Barang

Kode_Pemasok                                           Nama_Pemasok

Nama_Pemasok                          Kode_Pemasok

 

Pada notasi

 

                Kode_Barang                                Nama_Barang

 

Setiap kode barang pasti akan berhubungan dengan hanya sebuah nama barang. Misalnya, kode barang berupa T-001. Kode tersebut hanya akan cocok dengan satu nama barang, yaitu TV ABC 14”.

 

                Begitu juga:

 

                Kode_Barang                                Harga_Jual

 

Dependensi fungsional di atas menyatakan bahwa sebuah kode barang pasti hanya akan berhubungan dengan satu nilai harga jual.

 

12.   Definisi dan contoh dari Partial Dependency

Suatu atribut Y dikatakan memiliki dependensi parsial terhadap X apabila memenuhi dua kondisi sebagai berikut:

1.       Y adalah atribut non-kunci primer dan X adalah kunci primer

2.       Y memiliki dependensi terhadap bagian dari X (tetapi tidak terhadap keseluruhan dari X)

Sebagai contoh, relasi DOSEN_PENDIDIKAN mempunyai kunci primer berupa {No_Dosen, Pendidikan}. Nah, atribut seperti Jenis_Kelamin yang memiliki dependensi terhadap No_Dosen (bagian dari kunci primer) dikatakan memiliki dependensi parsial.

 

DOSEN_PENDIDIKAN

 

No_Dosen

Nama_Dosen

Jenis_Kelamin

Pendidikan

Lulus_Tahun

D41

Fahmi

Pria

S1

1987

D41

Fahmi

Pria

S2

1990

D42

Sita Dewi

Wanita

S1

1988

D42

Sita Dewi

Wanita

S2

1990

D42

Sita Dewi

Wanita

S3

1999

D43

Rio Febrian

Pria

S1

1994

 

Gambar 5.4 Relasi DOSEN_PENDIDIKAN

 

 

13.   Definisi dan contoh dari Transitive Dependency

Suatu atribut Z dikatakan memiliki dependensi transitif terhadap X apabila memenuhi dua kondisi berikut:

1.       Z memiliki dependensi fungsionsl terhadap Y

2.       Y memiliki dependensi fungsionsl terhadap X

Dependensi transitif dapat dinotasikan sebagai berikut:

 

                X Y Z

 

Contoh dependensi transitif terlihat pada relasi BARANG_PEMASOK (Gambar 5.2). Dalam relasi tersebut terdapat dependensi seperti berikut:

 

BARANG_PEMASOK

 

Kode_Barang

Nama_Barang

Harga_Jual

Kode_Pemasok

Nama_Pemasok

Kota

T-001

TV ABC 14”

600.000

P22

PT. Citra Jaya

Bogor

T-002

TV ABC 21”

950.000

P22

PT. Citra Jaya

Bogor

T-003

TV XYZ 14”

450.000

P11

PT. Amerta

Bandung

T-004

TV Rhino 29”

1.750.000

P33

PT. Kartika

Yogya

T-005

TV Kirana 14”

475.000

P44

PT. Nindya

Tangerang

 

Gambar 5.2 Relasi BARANG_PEMASOK

 

BARANG

 

Kode_Barang

Nama_Barang

Harga_Jual

Kode_Pemasok

T-001

TV ABC 14”

600.000

P22

T-002

TV ABC 21”

950.000

P22

T-003

TV XYZ 14”

450.000

P11

T-004

TV Rhino 29”

1.750.000

P33

T-005

TV Kirana 14”

475.000

P44

 

PEMASOK

 

Kode_Pemasok

Nama_Pemasok

Kota

P22

PT. Citra Jaya

Bogor

P22

PT. Citra Jaya

Bogor

P11

PT. Amerta

Bandung

P33

PT. Kartika

Yogya

P44

PT. Nindya

Tangerang

       

Gambar 5.3 Relasi BARANG dan relasi PEMASOK

 

 

                Kode_Barang                                Nama_Pemasok

               

Namun sesungguhnya juga terdapat dependensi sebagai berikut:

 

Kode_Barang                                Kode_Pemasok

                Kode_Pemasok                                           Nama_Pemasok

 

Dengan demikian Nama_Pemasok sebenarnya bergantung secara transitif terhadap Kode_Barang, atau dapat dinotasikan menjadi:

 

Kode_Barang                                Kode_Pemasok                                           Nama_Pemasok

 

14.   Kita harus ke 3NF karena bentuk normal kedua pun ada kemungkinan masih mengandung anomaly. Lihat saja relasi BARANG_PEMASOK. Perubahan kota milik pemasok dapat menyebabkan ketidakkonsistenan sekiranya hanya satu baris yang diubah sementara seharusnya ada beberapa baris. Relasi tersebut juga terkena anomaly penyisipan dan penghapusan.

15.   Sebuah table dikatakan sudah normal di 2NF

16.   Analisa Normalisasi merupakan kegiatan yang dilakukan pada tahap

 

Jika diketahui sebuah relasi  X dengn atribut (A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L). Dengan primary key A, B.

C, D A              ; E, F B             ; L, G, H A, B                  ; I, J, K L

17.   Dari relasi X tersebut yang memenuhi Functional Dependency adalah

18.   Dari relasi X tersebut yang memenuhi Transitive Dependency adalah

19.   Dari relasi X tersebut yang memenuhi Partial Dependency adalah

20.   Masih terdapat Non Atomic Value antara lain Null Value dan atau Multi Value merupaka kelemahan pada tahap normalisasi bentuk pertama atau 1NF.

21.   Berikut adalah kegiatan ditahap pengumpulan dan analisis kebutuhan database

22.   Berikut adalah yang perlu diperhatikan pada tahap perancangan fisik

1.       Relasi-relasi yang telah dinormalisasi , termasuk perkiraan jumlah baris dalam setiap relasi.

2.       Definisi untuk setiap atribut yang menyangkut nilai maksimum yang dapat ditangani oleh atribut.

3.       Penjelasan tentang tempat, waktu dan bahkan frekuensi data digunakan, dimasukkan, diubah dan dihapus. Selain itu juga perlu mengidentifikasi hak para pemakai terhadap data.

4.       Kebutuhan waktu tanggapan yang dikehendaki oleh pemakai dan aktivitas lain yang terkait dengan data, seperti backup, recovery, integritas dan retensi.

5.       Deskripsi mengenai teknologi yang digunakan untuk mengimplementasikan database, terutama pada DBMS yang dipakai.

23.   Denormalisasi dan Partisi data adalah salah satu hal yang dilakukan pada tahap perancangan fisik.

24.   Ada dua cara melakukan partisi data yaitu

1.       Partisi vertical, yaitu: pemecahan relasi dengan memisahkan kolom-kolom yang sering diakses terhadap kolom-kolom yang jarang diakses.

2.       Partisi horizontal, yaitu: pemecahan relasi dengan memisahkan record-record atas dasar criteria tertentu.

25.   Partisi Horisontal merupakan pemecahan relasi dengan memisahkan record-record atas dasar criteria tertentu.

26.   Pemecahan relasi dengan memisahkan record-record atas dasar criteria tertentu, misalnya berdasarkan record yang sudah jarang diakses merupakan definisi dari partisi horizontal.

27.   Berikut adalah metode penyimpanan data pada tahap perancangan fisik yaitu:

1.       Metode penyimpanan sekuensial, merupakan metode penyimpanan yang paling sederhana, dengan setiap baris disimpan secara berurutan. Cara seperti ini biasa dipakai untuk keperluan backup data atau untuk keperluan pengiriman data dari suatu lokasi ke lokasi lain.

2.       Metode penyimpanan berindeks, record dapat disimpan secara sekuensial ataupun secara non-sekuensial, tetapi dengan tambahan berupa table yang memungkinkan pencarian data dapat dilakukan dengan mudah. Tabel itu sendiri yang disebut indeks. Dalam hal ini, indeks adalah suatu table yang berisi daftar kunci pencarian dan alamat/ lokasi record.

3.       Metode penyimpanan handset, yaitu suatu metode penyimpanan data yang memungkinkan alamat masing-masing record dapat diperoleh melalui algoritma hashing. Algoritma hashing adalah suatu deretan kode yang memungkinkan suatu nilai kunci dikonversi menjadi alamat bagi record. Dengan cara seperti itu, pencarian berdasarkan kunci bisa dilakukan dengan sangat cepat. Namun kelemahannya pembacaan secara sekuensial justru menjadi agak lambat. 

28.   Teknik yang merekam secara otomatis suatu data ke lebih dari satu disk dengan tujuan kalau salah satu disk rusak maka data tetap tersedia pada disk yang lainnya merupakan definisi dari Mirroring.

29.   Striping dan Mirroring adalah metode penyimpanan data pada kegiatan

 

 

 


                                                                                                                                               

 

 

 

 

 

30.   Memecah data dan menyimpan pada disk secara terpisah seperti ilustrasi di atas merupakan definisi dari teknik Striping.

31.   Definisi dari Mirroring dan gambar ilustrasinya adalah

32.   Menulis program, membuat basis data, uji system dan install program merupakan kegiatan pada tahap

 

Khusus untuk nomor 33 dan 34 (normalisasi) dikumpulkan pada pertemuan berikutnya (minggu depan)

 

33.   Normalisasi untuk form pendaftaran mahasiswa baru

34.   Normalisasi untuk form pengiriman paket-paket di kantor pos  



Demikianlah Artikel Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori

Sekianlah artikel Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Tugas PBD (Perancangan Basis Data) Teori dengan alamat link http://soeltonyahmad-go.blogspot.com/2015/12/tugas-pbd-perancangan-basis-data-teori.html